Belajar DKV, Jadi Apa?

istilah-desain-grafis

(sumber: google.com)

 

      Desain Komunikasi Visual atau yang akrab disebut dengan DeKaVe merupakan suatu disiplin ilmu yang mandiri. DKV dapat berupa suatu jurusan dalam lembaga pendidikan perguruan tinggi atau menjadi salah satu matakuliah di jurusan komunikasi. Berbicara mengenai DKV, penulis mengenal DKV sebagai salah satu matakuliah di prodi yang penulis tekuni –yaitu Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

     Sebagai mahasiswa pastinya sering dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lumrah di masyarakat, seperti “Kuliah di prodi bla,bla,bla, bakal jadi apa?” atau “Nanti kerjanya dimana?”. Bagaimana jika pertanyaan tersebut penulis terapkan pada matakuliah ini –DKV maka akan terbesit satu pertanyaan, seperti “Belajar DKV, nanti jadi apa ?”.

     Menurut Kusrianto, Desain Komunikasi Visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Konon,  apabila DKV diumpamakan sebagai sebuah pohon maka akar utama pohon tersebut adalah ilmu seni dan ilmu komunikasi.

      Berdasarkan definisi tentang DKV di atas, maka penulis tidaklah keliru apabila belajar matakuliah DKV. Sebab, akar utama dari DKV adalah ilmu komunikasi. Kembali pada pertanyaan besar tulisan ini, “belajar DKV, jadi apa?”. Sebelum menjawab pertanyaan itu, alangkah baiknya jika kita secara saksama membaca mengenai ruang lingkup DKV itu sendiri.

      Menurut Indrayana, DKV memiliki ruang lingkup fakta yang luas. Fakta dapat berkaitan dengan yang terlihat (tangible), seperti objek desain, maupun yang tak terlihat (intangible) seperti ide kreatif seorang desainer, konsep, strategi, sistem, makna, nilai, perilaku audiens, wacana, mitos, hingga ideologi. Sedangkan menurut Kusrianto, cabang-cabang DKV banyak sekali, meliputi: 1) Ilustrasi, 2) Fotografi, 3) Tipografi, 4) Logo dan Logotype, 5) Periklanan, 6) Komik (sastra gambar), 7) Grafic 3D, dan 8) Animasi. Sumber lain menambahkan ruang lingkup DKV, meliputi: 1) Desain Grafis Periklanan, 2) Desain Identitas Usaha, 3) Desain Marka Lingkungan, 4) Desain Multimedia, 5) Desain Grafis Industri, 6) Desain Grafis Media, dan 7) Cergam, Karikatur, Poster.

      Ruang lingkup DKV di atas sangatlah luas apabila kita jabarkan lagi menjadi bagian-bagian kecilnya. Berdasarkan ruang lingkup DKV tersebut, maka kita secara saksama dapat melihat bahwa kesempatan bagi lulusan maupun orang yang belajar ilmu DKV ini sangatlah jelas –terbuka lebar. Penulis akan menjabarkan beberapa contoh profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh mereka yang menekuni ilmu DKV berdasarkan ruang lingkup yang telah dipaparkan di atas.

      Pertama, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Desainer. Ya, tepat sekali. Desainer tidak hanya masalah mendesain baju saja, tetapi dapat berkecimpung dibagian mendesain website perusahaan, mendesain papan iklan, mendesain poster, stiker, banner, company profile, desain interior, desain grafis, desain kemasan produk, logo produk, bahkan mendesain baju seragam juga bisa dilakukan oleh mereka yang telah belajar DKV. Profesi ini sering dikaitkan dengan sebutan pekerjaan IT (information technology) padahal jelas berbeda, tetapi hampir sama tujuannya, yaitu sebagai sarana komunikasi.

      Kedua, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Ilustrator. Pekerjaan ilustrator adalah membuat suatu ilustrasi dari suatu objek. Hal ini sangat sesuai dengan disiplin ilmu DKV yang mengajarkan bagaimana ilustrasi tersebut dapat mencerminkan gambaran dari suatu objek sebagai media komunikasi secara visual.

      Ketiga, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Fotografer. Fotografer merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan fotografi. Seorang fotografer hampir mirip dengan ilustrator, yang membuat beda adalah jika ilustrator berfokus pada kegiatan mengilustrasikan objek nyata dengan suatu gambaran lain sedangkan fotografer berkonsentrasi pada mengambil citra nyata melalui kamera.

      Keempat, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Penerbit atau Percetakan. Kenapa seorang yang belajar DKV bisa menjadi penerbit? Mungkin begitu kiranya pertanyaan yang terlintas dibenak kalian. Oke, penulis akan menjelaskan sedikit alasan kenapa penerbit sebagai pekerjaan DKV. DKV mengajarkan bagaimana cara mengomunikasikan pesan melalui visual (yang dapat terlihat oleh mata). Dalam hal ini, penerbit penting untuk mengetahui bagaimana cara mendesain sampul depan buku agar komunikatif, bagaimana mengatur gambar-gambar pada majalah menjadi lebih menarik, dan warna apa sih yang menggugah pembaca untuk membeli buku atau majalah yang diterbitkan. Jadi, masih ragu jika belajar DKV bisa jadi penerbit?.

      Kelima, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Mangaka (Komikus). Wah, ini adalah salah satu profesi yang penulis impikan. Belajar DKV bisa jadi mangaka atau komikus, hal ini karena pekerjaan tersebut berkaitan dengan hal membuat cerita melalui gambar-gambar karakter tertentu yang diciptakan oleh seorang mangaka atau komikus. Seorang komikus atau mangaka merupakan pekerjaan membuat cerita semenarik mungkin agar pesan dari cerita tersebut tersampaikan kepada pembaca. Komik atau manga yang dihasilkan membuat pembaca yang sulit mencerna tulisan huruf yang rapat seperti novel, alkisah, legenda, atau karya tulis sastra lainnya, merasa bersyukur. Karena melalui komik/manga pesan lebih mudah dipahami dan menarik dibaca bagi anak-anak karena terdapat komik yang berwarna juga.

      Keenam, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Animator. Pekerjaan sebagai animator di Indonesia tidaklah mudah dan oleh sebab itu animator Indonesia jumlahnya tidaklah sebanyak pekerja pabrik. Animator adalah pekerjaan yang membuat ilusi pada gambar agar seolah-olah gambar tersebut dapat bergerak. Hasil kerja animator adalah animasi, di Jepang banyak sekali film-film animasi atau anime yang begitu terkenal seperti Naruto, Dragon Ball, Doraemon, dan lainnya.

      Ketujuh, profesi dari ruang lingkup DKV adalah Storyboard Artist. Apa itu Storyboard artist? Storyboard artist adalah seorang yang berkeahlian menerjemahkan tulisan/cerita/naskah baik itu film atau pun iklan melalui gambaran-gambaran kecil yang sederhana namun memuat pesan-pesan penting dari tulisan/cerita/naskah yang ditulis oleh penulis sebelum sampai ke tangan sutradara. Hasil kerja dari storyboard artist adalah storyboard, profesi ini mengandalkan keahlian menggambar sekaligus menjelaskan isi cerita secara singkat.

      Kedelapan, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah Editor atau Layouter. Editor atau Layouter merupakan pekerjaan yang fokus mengedit sekaligus menyusun layout tulisan maupun gambar agar menarik dan komunikatif saat dilihat pembaca. Peran editor layouter ini sangatlah penting, karena tanpa adanya mereka susunan dalam rubrikasi koran, majalah, buku, novel, poster, brosur, pamflet, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan tataletak tulisan dan ukuran tulisan, akan menjadi tidak menarik dan membuat pembaca enggan melirik apalagi membeli.

      Kesembilan, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah staff atau tim kreatif. Pekerjaan ini bisa berupa tim kreatif bagian tata letak panggung agar terlihat lebih berwarna, menarik, dan menimbulkan gairah penonton/pemirsah yang melihatnya. Biasanya dalam kegiatan pegelaran teater atau sandiwara ada orang-orang khusus yang bekerja dibalik layar, seperti penata panggung, gambar-gambar yang menjadi background panggung, dan berbagai macam properti ditangani oleh mereka yang telah belajar bagaimana visual dapat menjadi sarana komunikasi. Bayangkan saja, jika kita melihat teater, sandiwara, atau acara OVJ (Opera Van Java –acara TV) tanpa adanya properti, maka pesan yang disampaikan setiap pemain akan hambar dan kurang menarik.

      Kesepuluh, jenis profesi dari ruang lingkup DKV adalah seniman. Oke, dari serangkaian profesi yang telah penulis paparkan, sangatlah mungkin seorang yang belajar DKV itu mempunyai jiwa seni. Kenapa? Karena kembali lagi pada asal-usul ilmu DKV itu sendiri. DKV lahir dari akar utamanya ilmu seni dan ilmu komunikasi, jadi seorang yang belajar DKV tentu sama halnya dengan belajar seni. Seniman yang penulis maksud bisa berupa pelukis, penyunting gambar atau tulisan, pemerhati iklan, atau pecinta estetika –keindahan. Profesi ini merupakan suatu profesi yang mengerahkan segenap kemampuan berdasarkan jiwa seni sang penciptanya, dan memerlukan kesabaran dan ketelitian dibidang tersebut.

      Pekerjaan dan profesi yang penulis paparkan di atas bukanlah profesi yang mutlak bagi mereka yang belajar DKV. Mereka para ahli DKV atau setidaknya telah mengenyam ilmu DKV, sangatlah mungkin bekerja dibidang-bidang yang berbeda dengan sepuluh jenis profesi di atas. Misalnya, penulis yang notabene adalah seorang mahasiswa KPI lebih cinta dengan profesi sebagai pendakwah bukan berarti ilmu DKV akan tidak bermanfaat bagi penulis. Akan tetapi, karena penulis telah mengenyam ilmu DKV maka penulis dapat memasukkan nilai-nilai DKV ke dalam dakwah penulis. Lalu, akan terciptalah suatu kolaborasi antara ilmu dakwah dan ilmu DKV. Ilmu dakwah berperan dalam penyusunan materi yang disampaikan dan ilmu DKV mengambil peran bagaimana materi itu disampaikan. Penulis atau pembaca bisa menjadi pendakwah yang komunikatif dan tidak membosankan karena dakwah yang disampaikan melalui medium menggambar atau melalui medium estetika.

Sumber pendukung:

Indrayana, Andika. (2015). OPINI Memahami Masalah = Menyelesaikan Masalah. Jurnal Dekave vol. 8, hal. 76 – 80.

Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: CV. Andi Offset.

Widyantoro, Achmad Oddy. 2018. “Desain Komunikasi Visual Pengertian, Ruang Lingkup, dan Jenisnya”. Dalam oddz.mercubuana-yogya.ac.id. (diakses pada 18 Maret 2019)

Tinggalkan komentar